Senin, 07 Oktober 2013

Lima Tingkatan Wirausahawan

(pendahuluan)


“Bisnis Tersulit yang Harus Anda Bangun adalah Bisnis Pertama Anda, Karena Anda Harus Belajar Saat Bisnis Anda Berkembang”


Pertanyaannya, bisnis keberapa yang sedang saya jalankan saat ini? Beberapa orang bisa jadi berpendapat bahwasannya ‘saya’ sudah menjalankan bisnis yang ke-6 tapi tetap saja sulit untuk dikembangkan. (Mungkin maksudnya saya atau anda sudah berganti-ganti bisnis sampai 6 kali, dan bisnis yang ke-6 pun tetap sama, ga maju2 bisnisnya).
Terus, maksudnya pernyataan diatas itu apa? (“Bisnis Tersulit yang Harus Anda Bangun adalah Bisnis Pertama Anda, Karena Anda Harus Belajar Saat Bisnis Anda Berkembang”). Saya berpendapat bahwa kita perlu fokus, bersemangat, pantang menyerah dalam menghadapi tantangan bisnis, dan sudah memiliki blue print akan seperti apa bisnis kita ketika besar dan setelah selesai kita bangun.
Yang menjadi tantangan bagi yang baru mulai berbisnis adalah tidak bisa fokus dan semangat diawal saja. Biasanya salah satu alasan memulai bisnis adalah ingin memiliki waktu luang yang lebih banyak dibandingkan ketika mereka menjadi seorang pegawai atau ingin bebas secara finansial. Kemudian mulailah resign dari tempat kerja dan memilih satu bidang bisnis yang sudah lama ada “kepala” yang memerlukan action untuk memulainya. Dengan semangat 45, bisnispun dimulai dan ternyata sangat luarr biassa. (biasanya luar biasa pusing, hehe). Kenapa? Karena modal yang dipakai adalah pesangon hasil dari resign, kemudian setelah dijalankan, ternyata berbisnis itu tidak seindah yang dibayangkan. Alih-alih punya keleluasaan waktu, yang ada dari jam 7 pagi sampai jam 11 malam, masih aja ngurusin bisnis, belum lagi hasil yang didapatkan jauh lebih kecil dibandingkan dengan jumlah gaji yang diterima pada saat menjadi pegawai. Nasiiibb...
Nah, biasanya ada 2 tipe orang dalam menyikapi situasi seperti ini, eh 3 tipe deh. Yang pertama adalah tipe orang yang langsung balik kanan, kembali menjadi pegawai/karyawan. Ternyata saya tidak ada bakat untuk berbisnis, itu celotehnya. Tipe yang kedua adalah orang yang langsung menganggap bahwa bisnis yang dijalankan tidak cocok untuk dirinya, kemudian banyak menyalahkan situasi, gak cocok tempatnya, susah dapat karyawan, konsumennya gak beres lah, dll. Kemudian mulailah mencari-cari ide lagi, kira-kira bisnis apa lagi ya yang harus saya jalankan, bisnis pertama ditutup dan mulailah bisnis kedua, karena dalam pikirannya bisnis yang kedua lagi nge-trend dan booming lagi...ternyata, apa yang terjadi??? Bisa anda tebaklah.... sampe bisnis yang ke enam pun bisnisnya gak jalan-jalan. Nah tipe yang ke tiga adalah, tipe orang yang akan belajar dari kegagalan-kegagalan bisnisnya, dicari akar permasalahannya, dievaluasi dimana yang salah, diperbaiki kemudian menyusun strategi baru untuk terus menjalankan bisnisnya.
Saya tidak bermaksud untuk mengelompokkan dan menyudutkan jikalau anda bersikap seperti tipe pertama atau tipe kedua, tapi yang ingin saya sampaikan adalah dalam berbisnis, kegagalan demi kegagalan pasti ada didepan kita, tinggal bagaimana kita menyikapi kegagalan tersebut agar tidak terulang kedua kalinya. Jika anda tidak mau gagal dalam berbisnis, janganlah berbisnis. Karena kegagalan itu temannya pebisnis dan setelah kegagalan biasanya ada keberhasilan yang didapatkan.
Jika anda baru mulai berbisnis 1 tahun kemudian mandeg dan anda berhenti, ingatlah kenapa anda memulai berbisnis? Ingatlah dorongan yang begitu kuat, yang mengawali anda berbisnis, ingatlah keluarga yang perlu anda nafkahi (buat laki-laki dan yang sudah berkeluarga), ingatlah waktu 1 tahun yang sudah anda habiskan untuk menjalankan agar bisnis anda tetap jalan, meskipun rugi teruss, dan ingatlah bagaimana ketika bisnis yang anda jalankan berhasil anda bangun menjadi perusahaan besarr, anda jadi Boss. Setelah itu, bangun dan lanjutkan bisnis anda....
Pada sesi sharing di KMIB (Kelompok Mentoring Inspirasi Bisnis) TDA Bogor Raya, ada salah satu peserta bercerita, perlu waktu 8 tahun mengembangkan dan membangun bisnis, sampai dengan sekarang, dimana hampir semua tugas bisa didelegasikan kepada pegawainya, kecuali 1 posisi (direktur), masih dijabat oleh beliau sendiri.
Dalam perjalanan bisnisnya berawal dari gerobak, pernah gerobaknya rusak ditiup angin. Apakah tutup bisnisnya, Nggak atuh, ya nyari jalan bagaimana agar kalau ada angin datang lagi, gak rusak gerobaknya. Dikumpulkanlah modal hasil dari keuntungan bisnisnya untuk bisa pindah ke tempat permanen. Kemudian asyik dan berkembanglah bisnisnya, sampai suatu saat ditinggalin semua karyawannya, apakah tutup bisnisnya? Nggak lah... Apa yang dilakukan, introspeksi diri kenapa ditinggal kabur karyawan, dicari solusinya, seminggu kemudian buka lagi. Dan sampai saat ini pun saya yakin, masih banyak tantangan-tantangan bisnis yang dihadapi beliau, peserta KMIB ini.
Saya bercerita panjang lebar plus tinggi, jadilah rumus volume, hehe... bermaksud ingin menyampaikan bahwa menjadi pebisnis itu tidak seindah yang dibayangkan dan jikalau berkomitmen untuk bisnisnya maju tentunya tidaklah semudah membalikkan telapak tangan untuk mencapainya. Sim salabim....
Apa yang kita perlukan dalam membangun bisnis? Kita harus tahu tahapan-tahapan yang harus dilewati agar kita bisa sampai kepada tujuan yang ingin dicapai, yakni Big Picture bisnis kita atau seperti apa bisnis kita ketika setelah selesai dibangun?
Kalau boleh saya analogikan, menjalankan bisnis itu ibarat kita naik gunung. Biasanya kita akan merencanakan akan melakukan pendakian ke gunung mana, kemudian, disiapkan perbekalan, peta dari mulai start sampai finish di puncak yang dituju. Biasanya dalam peta itu terdapat shelter/pos tempat istirahat. Di pos mana sumber mata air terakhir untuk mengisi jerigen air yang kita bawa, pos mana yang jalanannya curam, dan pos mana yang jalannya landai.
Untuk mempermudah mengetahui posisi dimanakah kita saat ini, maka dibuat 5 kategori/tingkatan wirausahawan:
  1.    Pekerja Mandiri
  2. Manager
  3. Pemilik
  4. Investor  
  5. Wirausahawan

Tingkatan ini membantu kita untuk mengetahui posisi kita dalam berbisnis, dan apa yang perlu dilakukan di setiap tingkatan tersebut.
Pertanyaannya, mulai dari manakah kita berbisnis?
Bersambung....


7 Oktober 2013
Ditulis oleh Yogi Alwan Fauzi

Pemilik CV.YOGITAS, Member dan Pengurus TDA Bogor Raya

8 komentar:

  1. Mantab....artikelnya sangat memotivasi bagi pemula sepertiku...tq

    BalasHapus
  2. saya butuh mentor bisnis klo saya bergabung di TDA apa ada yg mementori saya??

    BalasHapus
  3. Siang saya ke loksi sekretariatan jl yasmin raya sektor lll , bermaksud ingin brbaur dulu, ternyata adanya di hari sabtu dan minggu, kata pak komar dan wendi yang sedang merencanakan bisnis sea food

    BalasHapus
  4. mulai tanggal 1 april tda centernya buka dari jam 08 - 17 wib pak =)...

    BalasHapus