Sahabat TDA Bogor, kali ini saya ingin share mengenai
ilmu bisnis yang saya dapatkan dari Pak Samsul Arifin beberapa waktu yang lalu.
Ssssst, tapi janji ya ini adalah rahasia antara kita, karena waktu itu saya
juga diminta untuk menjaga ilmu ini hanya untuk saya saja. Bener ya, jangan
diobral kemana-mana ilmu ini, karena bisa berbahaya akibatnya kalau seluruh
dunia tahu mengenai ilmu yang maha dahsyat ini, hehehe.
Well, karena Anda semua telah berjanji, maka saya akan
share ilmu ini. Namun sebelumnya bolehkah Anda menjawab dulu beberapa
pertanyaan di bawah ini?
1.
Siapa diri kita sebenarnya?
2.
Dari mana kita berasal?
3.
Untuk apakah kita berada di
dunia ini?
4.
Mengapa kita berada di sini
pada saat ini? Apa misi yang kita emban?
5.
Apa yang akan kita
tinggalkan ketika meninggal nanti?
6.
Ke mana kita akan menuju
setelah meninggal nanti?
Sudah dijawab seluruh pertanyaan tadi? Bagus! Kalaupun belum
bisa dijawab sekarang juga tidak mengapa. Jadikanlah ini pertanyaan virtual
Anda sembari menyelesaikan membaca artikel ini. Sebenarnya pertanyaan di atas
sedang mengarahkan kita untuk menemukan visi hidup kita atau istilah kerennya
adalah purpose of life. Tujuan hidup. Dalam banyak buku pengembangan
diri, disampaikan bahwa yang terpenting dalam hidup kita bukanlah posisi dan
pengetahuan yang kita miliki melainkan kontribusi yang telah kita berikan. Bahkan
kelak di akhir jaman kita akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang telah
kita lakukan di dunia ini, bukan karena pengetahuan dan posisi yang kita
miliki.
Sahabat TDA Bogor, sebagai komunitas pengusaha, tentunya kita
ingin memberikan kontribusi sebagai pengusaha yang sukses dan mulia bukan?
Kenapa sudah sukses harus mulia pula? Memangnya ada orang yang sukses
namun tidak mulia, atau sebaliknya mulia namun belum sukses? Tentu saja ada
kawan. Apa sih sebenarnya tolok ukur sukses itu? Banyak harta? Kalau memang itu
yang dijadikan tolok ukur, mari kita cermati alangkah banyaknya orang berlimpah
harta di Negara kita tercinta ini. Gayus contohnya, saya yakin sampai sekarang
hartanya masih berlimpah ruah. Bolehlah kita sebut dia sebagai orang sukses,
tapi apakah dia termasuk orang berkategori mulia? Ah saya yakin Anda bisa
menjawab sendiri. Dan masih banyak lagi contohnya. Kalau orang yang mulia tapi
tidak atau belum sukses? Banyak orang yang ‘nekat’ mendirikan sekolah, atau
bahkan pesantren dengan moto menjadikan santrinya rahmatan lil alamin, namun resources
dan sumber dananya sangatlah minim. Dari visi dan misinya orang-orang tersebut
bisa kita katakana mulia, sangat mulia bahkan. Pertanyaannya adalah dari
manakah mereka mendapatkan sumber dana? Modal proposal! Seringkali bukan kita
mendapati orang yang membawa proposal mengatasnamakan yayasan tertentu, atau
pesantren tertentu. Bahkan beberapa di antara mereka menyanyikan lagu qasidah,
yaa dana, yaa dana dana, hehehe…. Bagaimana mau menjadi rahmatan lil alamin
kalau untuk mendanai diri sendiri saja mesti merepotkan orang lain?
Hanya dengan menjadi pengusaha sukses mulialah kita bisa
menjadi rahmatan lil alamin. Rahmat bagi alam beserta seluruh isinya. Mau tahu
caranya? Bener mau tahuuu? Ah, jadi ketularan Pak Samsul nih hehehe….
Ternyata ketika kita hendak berbisnis, hal utama yang perlu
diperhatikan adalah pada niatnya. Innamal a'malu binniyyat, wa innama
likullimri in Maanawa. Sesungguhnya perbuatan itu tergantung niatnya, dan
sesungguhnya (jadilah) bagi setiap orang apa yang ia niatkan. Bahasa keren
dari niat ini adalah the power of intention. Ketika niat kita salah,
maka salah pula jalan yang akan kita tempuh. Dan hanya berniat karena
Allah-lah, maka tujuan hidup kita akan tercapai. Ada tiga kriteria manusia dan
perilakunya berdasarkan pada niatnya :
1. Karena KEPEPET
Meski berada pada urutan pertama, namun
golongan ini bukanlah yang terbaik, justru sebaliknya. Orang-orang pada
golongan ini melakukan bisnis karena sudah tidak ada pilihan lain. Hutang sudah
menumpuk dengan bunga yang beranak pinak, keahlian pun terbatas, sampai
akhirnya mereka terpojok dan tidak ada jalan lain selain melakukan bisnis.
Biasanya orang macam ini perilakunya adalah tidak memiliki rencana jelas, grusa
grusu, panik, nekat, dsb.
2. Karena ingin KAYA
Tidak ada yang salah dengan keinginan untuk
kaya. Kekayaan juga tidak identik dengan kemudharatan. Bahkan sebagai muslim
kita diwajibkan untuk kaya agar bisa menyantuni orang lain. Yang perlu
dikhawatirkan adalah membabi buta untuk kaya. Atau yang penting kaya, asal
kaya, dsb. Karena ketika mata orang-orang ini sudah dibutakan oleh kekayaan
duniawi maka perilaku mereka menjadi egois, pelit, serakah, tidak peduli lagi
halal-haram dsb.
3. Karena ingin ber-KONTRIBUSI
Ternyata kita bertemu lagi dengan kata
kontribusi. Pada awal tulisan ini saya sudah membahas mengenai kontribusi, maka
sekarang saya akan langsung memberikan contohnya saja. Anda kenal Bill Gates,
Steve Jobs, Abdurahman bin Auf? Kita semua tahu bahwa Bill Gates merupakan
salah satu orang paling kaya di dunia. Namun ketika memulai bisnisnya apakah karena
kepepet? Atau dia memang meniatkan untuk menjadi kaya raya seperti sekarang
ini? Ternyata tidak, inilah visi atau niat awal Bill Gates mendirikan Microsoft:
‘Suatu saat nanti seluruh rumah di dunia ini akan
menggunakan komputer dan Windows menjadi sistem operasinya’. Akhir-akhir ini Bill dan Melinda Gates melalui yayasannya
menyumbangkan ratusan juta dolar untuk pemberantasan penyakit tropis yang
terabaikan, untuk AIDS dll. Kalau ditotal yayasan itu sudah menyalurkan lebih
dari setengah kekayaan Bill Gates dan istrinya.
Bagaimana dengan Steve
Jobs? Visinya mirip dengan Gates yaitu untuk menempatkan komputer di setiap
tangan orang setiap hari. Meskipun karirnya dipenuhi dengan intrik sesama karyawan
bahkan sempat terdepak dari perusahaan yang didirikannya namun dengan gaya dan
typenya tersendiri Jobs juga mampu menempatkan diri sebagai salah satu orang
yang paling berpengaruh dan mampu merubah dunia. Apakah semua itu dilakukannya
karena kepepet, karena ingin kaya? Semua orang tahu quote Jobs yang sangat
terkenal itu : ‘Saya yakin bahwa satu-satunya yang membuat saya terus
berusaha adalah karena saya menyukai apa yang saya lakukan. Anda harus
menemukan apa yang Anda cintai. Sangat berguna untuk bekerja dengan apa yang
Anda cintai untuk seseorang yang dicintai. Pekerjaan Anda akan mengisi sebagian
besar hidup Anda, dan satu-satunya cara untuk benar-benar puas adalah melakukan
apa yang Anda yakini adalah pekerjaan yang benar. Satu-satunya cara untuk
melakukan pekerjaan besar adalah mencintai apa yang Anda lakukan”
Nah, bagaimana pula
dengan Abdurrahman bin Auf, salah satu sahabat nabi yang rela menyumbangkan
seluruh hartanya demi perjuangan Nabi saw? Ketika hijrah dari Mekah ke Yatsrib,
Abdurrahman bin ‘Auf ra bangkrut sehingga
jatuh miskin. Saat itu di jazirah
Yatsrib sedang diberlakukan sistem akhawain (dipersaudarakan dua-dua / taākhi)
antara muhajirin dan anshor. Seorang sahabat dari anshor menawarkan dengan
ikhlas sebagian dari harta, satu dari dua rumahnya, dan satu dari dua orang
istrinya untuk menjadi milik Abdurrahman bin ‘Auf. Namun, sang maestro ekonomi
Islam ini menolak dengan santun semua tawaran kebaikan sang sahabat anshor
tersebut, dan meminta dengan hormat “Cukup tunjukkan kepadaku di mana letak
PASAR..!!” Sebuah konsep sederhana yang dilakukan oleh para sahabat, untuk
tidak menjadi peminta-minta meskipun di saat sulit, tetapi menguatkan akar
kemandirian dalam ekonomi dan etos kerja yang tinggi. Untuk menunjukkan
kontribusi. Karena dengan pergi ke pasar dan memulai berdagang dengan syar’ie
maka Abdurrahman bin Auf kemudian mendapatkan kembali kekayaannya agar dia
tetap bisa membantu nabi saw menegakkan panji-panji kebesaran Islam.
Subhanallah.
Cara memahami berlian ini adalah dimulai dari
pondasinya yaitu :
1. VALUES atau
nilai-nilai. Values yang dimaksud di sini adalah bahwa bisnis kita harus
memiliki suatu hal khusus (diferenciate) yang mampu menjawab kebutuhan orang banyak. Values ini harus mampu
menjawab:
-
PAIN: apa rasa sakit/ketidaknyamanan
orang banyak yang mampu kita obati? Kalau produk kita berupa jasa maka ‘masalah’
apa yang bisa kita selesaikan?
-
HOPE: Harapan apa yang
sejauh ini belum terpenuhi. Banyak sudah produk barang maupun jasa yang beredar di pasaran, namun apakah semua harapan
konsumen sudah terpenuhi?
-
USP (Unique Selling
Proposition) atau kalau menurut Ippho Santosa disebut sebagai sang Pembeda
Abadi. Barang ataupun jasa yang Anda tawarkan haruslah mempunyai posisi
tersendiri di mata umum. Tanpa harus merendahkan produk lain, Anda bisa menonjolkan
satu atau lebih produk Anda yang tidak dimiliki oleh produk lain
2. MARKET IDEAL atau pasar
yang sesuai. Ketika Anda berbelanja ke pasar tradisional dan berniat membeli beberapa
barang maka biasanya Anda akan menawar sebelum akhirnya membeli barang
tersebut. Ini hal yang biasa terjadi karena memang tawar menawar merupakan
salah satu seni berbelanja di pasar tradisional. Justru aneh rasanya ketika
Anda berbelanja di pasar tradisional tanpa menawar. Namun beda masalahnya ketika
Anda mencoba menawar harga barang di supermarket, bisa-bisa Anda akan
ditertawakan oleh kasirnya atau malah diusir security mereka. Inilah yang
dimaksud dengan market ideal, Anda harus berani menentukan mau memasuki
pasar yang mana. Pasar dengan konsumen yang siap membayar sesuai dengan syarat
dan ketentuan yang telah Anda tentukan. Akibat yang fatal ketika Anda salah
menentukan market ideal Anda maka yang terjadi adalah produk Anda akan
selalu ditawar oleh orang, sampai satu titik Anda terpaksa melakukan diskon
besar-besaran yang ujung-ujungnya Anda tidak akan mendapatkan profit!
3. FIT TO ME atau gue
bangets! Untuk lebih memahami dimensi yang satu ini silakan Anda membaca lagi
quote Steve Jobs di atas. Ya, kita harus mencintai apa yang kita lakukan. Kita
harus merasa nyaman dalam melakukan bisnis kita. Karena satu-satunya cara untuk
melakukan pekerjaan besar adalah mencintai apa yang Anda lakukan. Dengan
melakukan apa yang Anda cintai maka Anda akan mendapatkan passion atau
ghirah Anda.
Arvan Pradiansyah dalam buku terbarunya I Love Monday
membagi dimensi ini menjadi 3 :
a. Pekerjaan hanya sebagai
job. Orang bekerja hanya menjalankan scenario orang lain (atasannya). Orang
bekerja hanya mencari uang saja, karena tanpa uang darimana kita bisa hidup?
Orang seperti ini tidak akan sukses!
b. Pekerjaan sebagai career.
Paradigma kedua ini sudah menempatkan diri kita sebagai sutradara kehidupan
kita sendiri. Kitalah yang akan menyusun rencana-rencana besar kita. Paradigm
kedua ini akan menghasilkan kesuksesan, namun belum kebahagiaan.
c. Pekerjaan sebagai calling
(panggilan) Tuhan. Tuhan menurunkan semua manusia tentunya dengan maksud
tertentu. Maksud itu sesungguhnya merupakan misi hidup dan alasan kita
dilahirkan ke dunia ini. Seperti saya, setelah limabelas tahun meniti karir,
akhirnya saya menemukan bahwa ternyata calling saya, pekerjaan yang fit
for me, adalah menjadi trainer. Istilah kata, tanpa dibayarpun, saya
tetap bersedia untuk memberikan pelatihan, dengan kualitas yang tetap powerful.
Apalagi kalau dibayar, hehehe.
4. LINK TO PURPOSE OF LIFE maksudnya bisnis tadi seharusnya
bisa menjadi kendaraan kita untuk mencapai tujuan hidup kita. Apapun bisnis
yang akan kita geluti seharusnya sejalan dengan misi kita hidup di dunia. Saya
yakin tentunya Anda sudah merumuskan apa misi hidup Anda, karena Anda hanya
perlu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sampai sekarang saya yakin masih
berputar-putar di kepala Anda menunggu jawaban pasti, hehehe.
Dengan mengikuti ke empat dimensi bisnis ini maka insya Allah
Anda akan menjadi pengusaha sukses mulia yang tak terhentikan. Unstopable.
Sahabat TDA Bogor yang berbahagia, kita baru saja kehilangan
salah satu tokoh penting dunia yaitu Neil Amstrong, orang pertama yang
menjejakkan kakinya di bulan. Tentu Anda sependapat dengan saya bahwa Neil
Amstrong pada waktu itu dikirim ke bulan untuk misi tertentu. Dan tentunya pula
begitu dia selesai menjalankan tugasnya, sekembalinya dia ke bumi dia akan
dimintai laporan atas misi yang diembannya. Nah, kalau Anda sudah menjawab
semua pertanyaan yang saya ajukan di awal tulisan ini, tentunya Anda semua
sadar bahwa Allah menurunkan Anda di Indonesia ini, di masa ini untuk
menuntaskan sebuah misi tertentu. Maka untuk menutup tulisan ini marilah kita
berandai-andai, ketika suatu saat nanti di akhirat Allah menanyakan kepada Anda
sbb:
“Wahai fulan (ganti fulan dengan nama Anda), apa saja yang
telah engkau lakukan di dunia ini, sehingga Aku harus memasukkanmu ke surga-Ku?”
Silakan Anda jawab dalam hati Anda masing-masing…
Semoga berguna
-haridewa –
Medan 171012
Amazing, super amazing..
BalasHapussy sudah membuktikan bahwa konsep ini benar. Ketika sy mnemukan bahwa dunia advertising adalah passion sy, semua hal yg sy kerjakan dilakukan semaksimal mungkin, bahkan ketika sy diharuskan untuk tidak mendapat upah kerja sy karena untuk membantu orang lain.
kekuatan passion mendorong seseorang untuk berkontribusi secara maksimal :D
salam kreatif!
Ahmad Andika
creative director Ihsan Creative Agency.
empowering your brand
subhanallah, artikelnya luar biasa dan sangat menginspirasi.
BalasHapuswww.golddinar.co.id
semoga bisa menyaingi melinda n bill gates dalam hal kontribusi sosialnya... amiiin.. terimakasih u artikelnya.. keren... =)
BalasHapusinspiratif....sebaik-baik kita adalah yang paling banyak memberikan kontribusi kepada orang lain, artikel ini juga memerikan kontribusi dalam meningkatkan semangat dan meluruskan niat dalam setiap aktivitas kita
BalasHapusTerima kasih komentarnya Kang Andika, Kang Boni, Mbak Nisa dan Mas Papan Data. Semoga kita mampu mengembalikan POTENSI yang telah diberikan Allah kepada kita menjadi MANFAAT sebesar-besarnya demi kemaslahatan umat manusia. Menjadi Rahmatan lil alamin
BalasHapusAamiin..... :)
Hapus